Sering kita mendengar
dan membaca kisah Samuel, nabi yang dipakai Tuhan secara luar biasa untuk
mengurapi Daud sebagai raja Israel juga terkenal akan kepekaannya terhadap
suara Tuhan sejak ia kecil.
Anak yang
hebat tidak lepas dari dukungan orang tuanya yang luar biasa,
ya kali ini aku akan bahas mengenai proses pergumulan orang tua Samuel terutama
ibunya “Hana”. Dia adalah wanita yang kuat secara mental menurutku. Mengapa
bisa kuat secara mental? Mari kita renungkan bersama – sama perjuangan Hana
untuk dapat melahirkan seorang nabi.
Ada sebuah keluarga
yang terdiri seorang suami bernama Elkana yang memiliki 2 istri bernama Hana
dan Penina. Penina punya anak tetapi Hana sebagi istri pertama mandul. Satu
keluarga ini punya kebiasaan setiap tahun beribadah di Silo. Penina ini punya
kebiasaan buruk menyakiti hati Hana karena dia mandul, dan hal ini berlangsung
terus menerus selama bertahun - tahun. Bisa bayangkan betapa sakitnya hati Hana
menerima sindiran dari istri kedua? Karena menurut budaya dari negara timur,
seorang wanita yang tidak bisa punya anak itu adalah aib keluarga.
Elkana memperhatikan
kesedihan hati Hana, karena dia sama sekali tidak mau makan dan berusaha
menghiburnya supaya Hana tidak perlu merasa sakit hati karena sindiran tidak
punya anak sebab setidaknya dia masih punya suami yang sangat mencintainya.
Tetapi Hana tetap berharap supaya dia dapat mempunyai seorang anak laki – laki.
Suatu kali Hana berdoa di Silo sambil menangis tersedu – sedu dan
bernazar kepada Tuhan untuk meminta seorang anak laki – laki dan jika anak
tersebut tumbuh besar, dia akan menyerahkannya ke Silo supaya dia belajar
melayani Tuhan disana. Mari kita anggap saja di
masa kini Silo adalah gereja, yang artinya ketika anak ini tumbuh besar dia
akan jadi pelayan Tuhan fulltimer sejak masa kecilnya tidak tinggal lagi ikut
orang tuanya, tidak lagi ikut keluarganya seperti tinggal di pastori gereja.
Jika kita bayangkan nazarnya itu adalah nazar yang berani, maksudnya siapa sih
orang tua yang rela jauh dari anaknya sebelum mereka tumbuh dewasa? Tetapi Hana
berani bernazar seperti itu dihadapan Tuhan, dia
berdoa seperti itu terus – menerus sampai imam Eli mengira dia mabuk.
Karena Hana berdoa tapi tak bersuara, cuma bibirnya saja yang bergerak. Waktu
ditegur oleh imam Eli, jawaban seperti ini yang harus kita teladani dari Hana,
dia menjelaskan bahwa dia tidak sedang mabuk melainkan “Mencurahkan
Isi Hati di hadapan Tuhan”. Seberapa banyak dari kita yang sering berdoa
cerita kepada Tuhan tentang segala masalah dan pergumulan yang kita alami dalam
hidup ini? Beberapa orang mengambil keputusan yang
salah saat cerita masalahnya pada orang di sekitarnya tanpa tahu orang tersebut
dapat menjaga mulutnya atau tidak, atau bahkan yang lebih parah cerita di
sosial media?
Ketika
kita cerita pada Tuhan, pastinya saat itu kita percaya cuma Tuhan yang bisa
memberi solusi untuk masalah kita, saat itu kita menaruh harapan hanya pada
Tuhan, dan saat itu kita hanya bisa mengandalkan Tuhan. Tuhan suka mendengar
doa kita yang tentang bercerita apapun yang sedang kita alami. Tuhan terlebih
rindu supaya kita berbicara kepadanya. Oleh sebab itulah doa Hana dijawab, sebab
dia ceritakan isi hatinya di hadapan Tuhan.
Waktu berlalu anak itu
pun lahir dan diberi nama Samuel, persis seperti
nazar / janji Hana kepada Tuhan, Hana menyerahkan Samuel ke Silo setelah dia
disapih ( lepas ASI ) sambil membawa lembu, tepung, dan anggur sebagai tanda
ucapan syukur Hana atas jawaban doanya. Luar biasa sekali bukan? Doanya dijawab
dan dia tidak lupa berterima kasih pada Tuhan atas jawaban doa tersebut.
Tuhan sebenarnya tidak hanya sekedar menjawab doa Hana dengan memberinya
seorang anak laki – laki biasa tetapi Tuhan memberinya seorang calon nabi
Israel yang akan dipakaiNya secara luar biasa. Jadi
sebenarnya ketika Tuhan menjawab doa kita, Dia menjawab / memberi lebih dari
apa yang kita minta atau yang pernah kita bayangkan.
Sedikit kesaksian
dariku, waktu aku masih kecil orang tuaku selalu mengajarkan “ketika berdoa sama Tuhan meminta sesuatu, bayangkanlah
secara detail / spesifik hal yang kamu minta kepada Tuhan, Tuhan akan menjawab
doamu persis seperti yang kamu bayangkan bahkan Dia bisa memberi lebih istimewa
dari yang kamu minta”. Aku percaya yang mereka ajarkan kepadaku dan pada
kenyataannya Tuhan selalu jawab seperti yang aku doakan bahkan memberi lebih
dari yang aku doakan.
Setelah Hana
mengantarkan Samuel ke Silo, Hana pasti mengunjungi Samuel bersama Elkana untuk
mengantar kebutuhan Samuel seperti jubah, pakaian, dan lain – lain setiap tahun
mereka ke Silo. Waktu itu Tuhan memberkati mereka
berdua lagi dengan 5 orang anak yang akan dilahirkan Hana sebagai pengganti
yang telah diserahkan pada Tuhan ( pengganti Samuel ) karena Tuhan melihat
kesetiaan Hana menyerahkan anak satu – satunya untuk menjadi pelayan Tuhan.
Bisa kita lihat bukan? Tuhan memberi lebih dari apa yang Hana doakan.
Jadi pada intinya mari
kita belajar budayakan cerita isi hati kita hanya
kepada Tuhan, karena Tuhan adalah Allah yang sanggup menjawab setiap seruan,
setiap jeritan hati kita walaupun orang – orang di sekeliling kita tidak tahu
yang menjadi pergumulan atau masalah kita. Dia menampung setiap tetes air mata
kita dalam kirbatNya, walaupun masalah itu rasanya sangat menyakitkan,
memilukan, pahit rasanya tetap kita cerita pada Tuhan walaupun bibir kita sudah
tak mampu berkata apa – apa lagi, Dia Allah yang mengerti segala isi hati kita,
ratapan kita dan mampu mengubah semuanya itu menjadi puji – pujian bahkan tari
– tarian untuk memuliakan Dia atas segala perbuatanNya dalam hidup kita.
Sumber : Hasil perenungan dari 1 Samuel pasal 1 dan
2